Senin, 25 Oktober 2010

bagi para alumni SMP N 2 TAYAN HULU yang mau download NISN tahun 2008, 2009, 2010
update NISN

Minggu, 10 Oktober 2010

Sains dan  Teknologi

Selamat datang di website Ilmu Sains. Di sini kita menyediakan informasi, berita dan pertanyaan mengenai dunia sains untuk guru-guru dan siswa-siswi.

Berita  Sains, Teknologi & Pendidikan


Alexander Graham Bell

Apakah ini Bapaknya TIK? (Teknologi Info Komunikasi) Salah satu kata yang sering muncul di dunia sains di film, novel dan komik adalah "Mad" (Gila), misalnya kita sering mendengar "Mad Scientist". Tetapi seperti kata 'benci' diangkat sebagai singkatan untuk 'benar-benar cinta', 'gila' adalah singaktan untuk 'giat lankah'. Kalau kita melaksankan sesuatu yang luar biasa kita sering disebut gila, pada hal itu bisa sebagai langkah awal ke sesuatu yang dapat merubah gaya hidup manusia di seluruh dunia, misalnya lampu listrik, telpon, dll. Tanpa orang gila begini kita tidak dapat cepat maju!.

Sains adalah ilmu yang seperti ilmu lain terus menambahkan pengetahuan dari penelitian oleh orang yang berdisiplin dan rajin. Tetapi seringkali kemajuan sains muncul dari idea yang dari awal dianggap gila. Kita harus berani dan percaya diri, dan ingat bahwa kita dapat gagal 1000 kali dalam kegiatan percobaan, tetapi kita hanya perlu berhasil sekali, dan idea kita sudah terbukti.

Sains dan Teknologi telah melekat erat ke dalam setiap gaya hidup dan kehidupan modern, bahkan begitu pentingnya bagi pelajar, dan menjadi tuntutan dalam kehidupan professional kita, maka belajar sains dan mengembangan ketrampilan sains dan teknologi pada saat ini adalah sangat penting dan menjadi keniscayaan.

Pentingnya terampil berkomunikasi dapat dibuktikan secara sepintas melalui berbagai surat kabar harian/koran. Kebanyakan lowongan pekerjaan untuk posisi-posisi penting selalu mempersyaratkan penguasaan teknologi. Bahkan saat ini begitu terasa pentingnya bagi para pelajar Indonesia bertepatan dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi asing di Indonesia.

Pengetahuan dan keterampilan ilmu sains dan teknologi memungkinkan kita dapat memasuki berbagai bidang profesi, namun demikian tanpa dibarengi dengan pengembangan kreativitas pribadi maka keterampilan itu sendiri menjadi tidak berarti dan tidak menjamin dengan sendirinya masa depan yang cerah atau adanya pengembangan karir pribadi yang pasti

Pemecahan MasalahSains dan teknologi merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan kreatifitas termasuk mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (problem solving). Berkaitan dengan praktek pengajaran modern di sekolah, pembelajaran kontekstual (di Indonesia dikenal sebagai PAKEM) maka para pelajar dapat beraktifitas baik secara individu, berpasangan ataupun secara berkelompok. Bertukar fikiran dan saling mengembangkan secara konstruktif adalah bagian penting dalam mengembangkan kepribadian kita. Foto di atas kita dapat melihat beberapa hal yang salah. Pertanyaan kami: berapa hal yang anda dapat melihat yang salah di fotonya? (foto besar ada)

Bertukar pendapat dan pengetahuan tidak hanya terbatas di sekolah atau kantor. Sama pentingnya adalah kita di dalam masyarakat global bertukar informasi sains dan teknologi dengan masyarakat yang lebih luas baik di dalam negri maupun dengan masyarakat dunia.

Di website ini kami menyediakan kesempatan untuk membahas hal-hal terkait dengan sains dan teknologi, memasang link ke situs sains dan teknologi, atau mamasang informasi mengenai pengembangan ilmu sains dan teknologi.

Kami berharap partisipasi anda dari semua propinsi untuk memajang idea-idea dan hasil praktek-praktek baru di Indonesia.

Silahkan mengirim pertanyaan anda mengenai isu sains ke IlmuSains.Com dan kami akan memasang pertanyaanya dan membantu mencari jawaban.

Silahkan membaca dan mengirim informasi mengenai isu sains atau alam yang Aneh Tapi Nyata ke IlmuSains.Com dan kami akan memasang informasinya di sini.

Rabu, 29 September 2010

Kalbar Terapkan Mobile Teacher untuk Perbaiki Pendidikan

TEMPO Interaktif, Pontianak - Kalimantan Barat bakal menerapkan program mobile teacher untuk memeratakan penempatan guru. Dengan begitu, kualitas pendidikan di provinsi tersebut bisa meningkat.

"Mobile teacher ini berbeda dengan program mutasi. Prinsipnya, guru ditugaskan ke sekolah dalam zona dan periode tertentu," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat Alexius Akim dalam dialog dengan Wakil Presiden Boediono di Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 3 Pontianak, Sabtu (27/3).

Menurutnya, mobile teacher diperlukan karena kondisi penduduk provinsi itu yang tersebar hingga ke pedalaman. Namun, guru sulit ditempatkan di daerah terpencil untuk waktu yang lama karena beragam alasan.

"Guru lebih suka tinggal di kota karena lebih bisa mengembangkan diri," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Pontianak, Musa. Maka pemerintah daerah berencana memberikan insentif tunjangan tambahan bagi guru yang bersedia ikut mobile teacher. Program ini bakal diterapkan pada tahun ajaran baru nanti, yang dimulai Juli depan.

Peserta mobile teacher akan ditempatkan di suatu daerah setidaknya satu semester. Adapun pelaksanaannya berdasar kesepekatan sukarela guru di sekolah yang kelebihan tenaga pengajar.

Akim menambahkan, program juga akan memberi manfaat selain pemerataan kualitas pendidikan. "(Antara lain) penyegaran bagi guru yang telah mengajar terlalu lama di satu sekolah, dan bagian program asistensi guru dari sekolah tertinggal pada sekolah maju," tuturnya.

BUNGA MANGGIASIH
Pendidikan Kalbar Ranking 5 dari Bawah
TRIBUN PONTIANAK/SEVERIANUS ENDI
Alexius Akim
SINTANG, TRIBUN - Sampai tahun 2010, indeks prestasi minimum (IPM) tingkat pendidikan Kalimantan Barat masih sangat rendah. Kalbar hanya menempati urutan ke-29 dari 33 provinsi di Indonesia, atau ranking lima dari bawah.

Kepala Dinas Pendidikan Kalbar, Aleksius Akim, mengatakan hal tersebut ketika melakukan kunjungan kerja ke Sintang, Jumat (23/4). Akim juga mengaku heran dengan peringkat tersebut karena menilai tingkat pendidikan Kalbar sudah cukup bagus.

"Sampai sekarang nilai IPM kita di Kalbar ini baru 6,8 jauh dari IPM Indonesia. Ini artinya kita di Kalbar belum lulus SD semuanya," kata Akim.

Dirinya berharap Sensus Penduduk yang akan digelar BPS bisa berjalan dengan baik karena, menurutnya, kemungkinan besar nilai tersebut salah pada data di Badan Pusat Statistik (BPS).

"Selama hampir 28 tahun nilai IPM kita masih pada urutan 29 tersebut dan kita merasa heran. Makanya kita berharap pendataan berjalan lancar sehingga tidak ada data yang salah lagi," katanya. (*)

Laporan: Slamet Bowo Santoso
Editor: nip

Selasa, 21 September 2010

Selamat datang di situs Program Managing Basic Education (MBE), Pengelolaan Pendidikan Dasar. MBE merupakan program yang dibantu USAID. Salah satu tujuan penting dari homepage ini adalah menginformasikan dan membantu sekolah-sekolah yang tidak disentuh oleh program MBE.

Mudah-mudahan informasi mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Pelajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) dan Peran Serta Masyarakat (PSM) akan menstimulasikan sekolah-sekolah lain yang ingin meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya akan menjalakan programnya sendiri.

Proyek Managing Basic Education (MBE) telah berjalan mulai bulan Februari 2003 s.d. Juni 2007, dan bekerja di 23 kabupaten dan kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh dan Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan contoh praktik yang baik sebagai berikut:

  • Tingkat Kabupaten/Kota dalam hal Manajemen Sumber Daya dan Pendanaan Pendidikan

  • Tingkat Sekolah dalam hal Manajamen Berbasis Sekolah (MBS), Peran Serta Masyarakat (PSM) dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
Dokumentasi adalah  penting!

Dalam Website MBE dapat ditemukan berbagai dokumen yang berkaitan dengan program tersebut. Dokumen ini dapat digunakan secara bebas (tetapi tidak dapat diperdagangkan) untuk menunjang pengembangan pendidikan di Indonesia maupun negara lainnya. Dokumen tersebut termasuk:



Suara MBE: 15 edisi newsletter proyek, yang merekam banyak inovasi yang ditemukan di daerah binaan MBE

Paket Pelatihan untuk Sekolah dan Masyarakat, yang dikembangkan bekerja sama dengan program CLCC (UNESCO-UNICEF), IAPBE dan NTT-PEP (AUSAID), serta DBE (USAID). Paket ini telah digunakan secara luas oleh berbagai program dan LSM di berbagai daerah di Indonesia
    Panduan Praktik yang Baik merekam pratik yang baik, yang ditemukan di daerah-daerah binaan MBE dalam bidang manajemen dan pembelajaran

    Daftar Sekolah yang Dibina Langsung oleh program MBE, disertai rekomendasi sekolah yang dapat dikunjungi oleh sekolah dan pihak lainnya yang ingin tahu lebih lanjut tentang program MBE

    Daftar Fasilator (Pelatih) Daerah, banyak di antaranya yang berpengalaman melatih dan membina sekolah tidak hanya di daerah mereka sendiri, tetapi juga di daerah lainnya

    Evaluasi Independen Akhir Proyek yang dilaksanakan pada awal tahun 2007

    Dokumen Lain: Laporan Monitoring, Laporan Penilaian Dampak pada Siswa dan dokumen proyek lainnya

Kunjungan Presiden Ke Kegiatan DBE-MBE

Presiden RI, Susilo  Bambang Yudhoyono Presiden AS, George  Bush

Suara MBE #15
Isi Tersingkat: Rapat Reviu dan Perencanaan: Cerita dan gambar dari rapat yang berlangsung pada bulan November - Desember di Salatiga. Berbagai Cerita dari Daerah: Tentang kegiatan MBE dan perkembangannya di daerah. Gambar Fasilitator Daerah dari 23 daerah binaan MBE Evaluasi. MBE: Cerita tentang evaluasi akhir MBE dan ringkasan laporannya Contoh Pembelajaran. PAKEM: Cerita dari lapangan Gambar kunjungan Presiden RI dan AS ke dan isterinya ke lokasi DBE/MBE
Tabel Isi Suara MBE 15

Mereka melakukan  berbagai strategi dan kegiatan

Suara MBE #14
Isi Tersingkat: Sesuai rencana, MBE akan berakhir pada bulan Maret 2007. Manajemen dan Pendanaan Pendidikan: Berbagai cerita dari daerah tentang inovasi-inovasi yang ditemukan. Cerita Lain dari Daerah: Cerita yang diterima dari semua daerah MBE dari sekolah binaan, maupun diseminasi ke sekolah baru. Contoh Pembelajaran PAKEM: Contoh menarik pembelajaran PAKEM dari daerah. Halaman Belakang: Wakil Congres AS berkunjung ke sekolah di Aceh, MBE membantu tim Finlandia, Kunjungan sekolah Bogor ke daerah MBE. MBE Masuk 'The New York Times' Jane Parlez, wartawan The New York Times pada tanggal 27 Juli 2006, berkunjung ke SDN Tangkil 01 dan MIN Tegalasri, Wlingi, Blitar.
Tabel Isi Suara MBE 14

Peserta antusias  melihat pelaksanaan PAKEM

Bpk Pascoe dan Bill  Frej bersama guru dan siswa SD 69 Ibu Yeti, guru kelas  4 di SD 69 Banda Aceh

Suara MBE #13
Isi Tersingkat: Depdiknas menyelenggarakan seminar dan pameran pendidikan di gedung Depdiknas di Jakarta, 22-23 Mei 2006. Pada tanggal 22 Juli Bpk B. Lynn Pascoe, Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia, didampingi Bill Frej, Direktur USAID, telah berkunjung ke salah satu sekolah binaan SD 69 Banda Aceh. Dalam pelaksanaan bantuan teknis bidang keuangan pendidikan, MBE bersama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Pati melakukan Review Meeting khusus bidang keuangan pendidikan. Tahun ini Kabupaten Blitar menyusun Rencana Induk Pengembangan Pendidikan (RIPP). Kegiatan KKG / MGMP binaan dilakukan di tiga kecamatan binaan, dengan durasi binaan masing-masing 2 minggu pada putaran pertama. Dampak Review Meeting Nasional di Kota Pasuruan....
Tabel Isi Suara MBE 13

Menunggu Tamu

Suara MBE #12
Isi Tersingkat: Condoleezza Rice, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat berkunjung ke Indonesia pada tanggal 14 Maret dan minta mengunjungi salah satu sekolah binaan di Jakarta yaitu MI Al Ma'Muriyah di daerah Cikini. Beberapa program yang bekerja di sektor pendidikan dasar telah berkumpul di Bali pada bulan Februari 2006. Lokakarya yang dipimpin Direktorat Pendidikan TK / SD bertujuan mengoordinasikan kegiatan program tersebut, supaya saling mendukung. Pada saat pelatihan fasilitator daerah di Solo pada bulan Februari 2006 tim MBE sempat berkunjung ke beberapa sekolah yang menunjukkan kemajuan di Kabupaten Sukoharjo, yang terletak berdekatan dengan Solo. Pelatihan MBS dan PSM berlangsung pada tanggal 7 Maret 2006 di Kecamatan Magetan tepatnya di aula cabang dinas pendidikan dan 8 Maret di Kecamatan Maospati di gedung KKG SDN Malang. Kunjungan Menlu AS, Condoleezza Rice ke MI Al Ma'Muriyah, Cikini (foto-foto).
Tabel Isi Suara MBE 12

Menlu AS berdialog  dengan siswa kelas 6

(L-R) Bill Frej,  Abdurahman Asari, Jim Kunder kelas 2 dengan  nuansa PAKEMnya

Suara MBE #11
Isi Tersingkat: USAID Direktor untuk Asia dan Timur Tengah, Pak. Kunder, Berkunjung ke Sekolah Binaan MBE di Batu, SD Tulungrejo 4 dan MI Bustanul Ulum. Dalam rangka menyalurkan bantuan USAID untuk propinsi Nanggroe Aceh Darussalam MBE juga sedang membantu di Aceh. MBE dan Local Government Support Program (LGSP) merupakan dua program bantuan USAID yang bermitra kerja dengan Kabupaten Probolinggo. Guru-guru di Kota Pasuruan sudah mununjukkan banyak kemajuan. Dunia Industri Peduli Pendidikan di Probolinggo. Anak-anak di Probolinggo menulis surat ke teman-teman di Aceh. Guru-guru dalam menerapkan PAKEM dan mengatasi hal-hal menggunakan KKG-MGMP di Kota Madiun. MBE meluas ke Luar Jawa.
Tabel Isi Suara MBE 11

Menguak Observation  Time Di MIN Tegalasri

Suara MBE #10
Isi Tersingkat: Sekolah Binaan MBE Lebih Cepat Maju: Dari data ujian SD kelas 6 dari Madiun dan Pacitan ternyata ranking sekolah binaan MBE di kecamatan meningkat tajam sejak ada MBE. Dewan Pendidikan seluruh daerah MBE membuat kesepakatan yang mecerminkan harapan mereka untuk memajukan pendidikan dalam rangka program MBE. Portofolio Merekam Kemajuan Anak: Beberapa guru menggunakan portofolio hasil karya untuk untuk merekam kemajuannya.Anak Menulis Refleksi: Banyak sekolah yang mengajak siswa untuk memberi umpan balik kepada guru tentang pembelajaran. Pelatihan Sekolah Multi-Grade. Contoh Pembelajaran PAKEM dicantumkan di banyak tempat di edisi ini.
Tabel Isi Suara MBE 10

Suasana Pelatihan  PAKEM 3 di Kota Madiun

Bupati Kebumen H.  Suroso S.H, Drs. Air Mas Ka. Dinas P dan K MAKET tempat  pelaksanaan PIL-KADA

Suara MBE #9
Isi Tersingkat: Kegiatan di 11 daerah MBE tahap ke-3 telah dimulai dengan diadakannya Lokakarya Orientasi. Satu prioritas USAID Indonesia adalah pengembangan pendidikan dasar. USAID telah mengalokasikan lebih dari US$100 juta untuk menunjang program baru yang namanya ‘Developing Basic Education’. Kegiatan teknis yang pertama untuk 11 daerah tahap ke-3 adalah Lokarkarya Pendanaan Pendidikan. Trenggalek sudah mulai menerapkan dana operasional penunjang Pendidikan SD/MI pada tahun 2005. SDN Baleharjo 2 menggelar pameran PAKEM. Kegiatan yang seluruh panitanya terdiri dari pengurus komite sekolah. Pameran yang diikuti semua orang tua murid dari klas 1 sampai kelas 6 tersebut sangat meriah karena dihadiri undangan dan masyarakat.
Tabel Isi Suara MBE 9

Tim MBE-RTI &  Bappeda

Suara MBE #8
Isi Tersingkat: Mulai bulan ini, April 2005 MBE akan masuk ke 5 daerah baru di Jawa Tengah dan 6 daerah di Jawa Timur. Jawa Tengah: Kabupaten Purbalingga, Purworejo, Semarang, Sukoharjo, dan Kota Magelang. Jawa Timur: Kabupaten Magetan, Malang, Nganjuk, Situbondo, Trenggalek, dan Kota Pasuruan. Pada bulan Februari lalu di Madiun telah diadakan lokakarya mengenai perhitungan Biaya Minimal Pendidikan. Di setiap daerah MBE telah dilatih tim 12 orang fasilitator. Mereka dipilih dari guru, kepala sekolah, pengawas dan pegawai lainnya pemerintah daerah.
Tabel Isi Suara MBE 8

Ada Pasar Di SDN 2  Jajag

SDN Tangkil 1, Wlingi,  Blitar Sarapan di SDN 05  Manisrejo

Suara MBE #7
Isi Tersingkat: Rapat reviu dan perencanaan diadakan pada tgl. 4 s.d. 7 Januari di Batu untuk ke-sembilan daerah MBE. Pada tanggal 6 - 8 Desember di Hotel Sanur Paradise, Sanur, Bali, MBE Project mengikuti Konferensi Nasional PDPP - PERFORM. Program MBE akan melaksanakan workshop analisis pemetaaan sekolah di lima daerah baru (Banyumas, Kebumen, Kota Madin, Blitar dan Kota Batu) pada awal 2005. Praktek mengajar pelatihan PAKEM dilaksanakan di sekolah-sekolah di Wlingi. Kami sempat berkunjung ke beberapa sekolah binaan MBE. Salah satu tujuan dari MBE adalah untuk meningkatkan efisiensi pemafaatan sumber daya pendidikan. Kegiatan pemetaan dan pendataan sekolah di kecamatan binaan menunjang tujuan tersebut. Di dalam ini ada suatu cerita yang menarik dari Blitar yang mengambarkan potensi seperti itu.
Tabel Isi Suara MBE 7

Terbaik di Pramuka

Suara MBE #6
Isi Tersingkat: MBE sudah mulai menular ke lebih dari 900 sekolah di luar sekolah binaan, Pondok Pesantren Belajar MBS dan PAKEM, MBE Banyuwangi Sosialisasi Lewat Expo, Pakem Memang Oke, Pelajaran Tematik di Kelas 1, Organisasi Siswa (OSIS) di SMPN I Banyuwangi, SD Jajag 2 Maju dalam Banyak Unsur, Siswi Mendampingi Tamu, Buah Bobot Poin Perilaku Negatif, SDN 04 Penganjuran Berbenah Lagi, Radio Mandala, Banyuwangi, Siswa Mengungkapkan Pendapat Mereka, Fasilitator Daerah Praktik Mengajar, Sosialisasi MBE di Seluruh Pati, Pelatihan PAKEM di 19 Kecamatan di Pati, SDN Bentul Banyumas - Terbaik di Pramuka, Ingin Juga Terbaik di Pakem, Inovasi di Batu, SDN Ngaglik 1 Maju dalam Banyak Hal - Terbuka dan Transparan, Belajar Bahasa Inggris dari TK!, Kotak Amal Membantu Sekolah, SD-Plus Al Irsyad, dll (banyak!)
Tabel Isi Suara MBE 6

Model pembelajaran
Kepala Dinas  Pendidikan melihat pajangan hasil karya anak Hasil diskusi di  MGMPS dipraktikkan ke siswa

Suara MBE #5
Isi Tersingkat: Lokakarya diadakan di Probolinggo supaya peserta dapat mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan MBS, PSM, dan PAKEM dengan baik. Program SHIP (School Health Improvement Program) sudah bekerja di empat kabupaten di Jawa Tengah untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah. Ada teman-teman dari Australia yang sudah mulai melaksanakan program MBE di tiga daerah di Jawa Timur. Di Phnom Penh - Cambodia Prima Setiawan, salah satu konsultan MBE, telah mengikuti, pelatihan PETS (Public Expenditure Tracking Surveys/ Survai Pelacakan Belanja Publik). Generasi muda berinteraksi dengan lingkungan di SDN 02 Sembasuragar, Pati. Beberapa donor dan program yang bekerja di bidang pendidikan dasar di Jawa Timur hadir pada rapat di Surabaya pada tgl. 29 April 2004 untuk membahas kerja sama antara semua pihak.
Tabel Isi Suara MBE 5

Kunjungan Ke Daerah  yang menerapkan MBS

Suara MBE #4
Isi Tersingkat: Sebentar lagi program MBE akan mulai bekerja di lima daerah baru, yaitu: Kota Batu dan Kota Madiun di Jawa Timur, serta Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah. Untuk menunjang Manajemen Berbasis Sekolah pendanaan sekolah jauh lebih efisien kalau dikelola di tingkat sekolah oleh kepala sekolah, guru dan komite sekolah sendiri. Kalau kita mau melatih guru untuk mengajar dengan cara PAKEM, kita harus melatih mereka secara PAKEM. Artinya, pelatihan harus bersifat aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam pelatihan PAKEM di Kabupaten Pati, para guru SD antara lain mencoba menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Tabel Isi Suara MBE 4

Sekolah Internasional  Madaniah
Siaran Radio oleh  Siswa SDN Sempu Beberapa peserta  pelatihan pemetaan

Suara MBE #3
Isi Tersingkat: Data terkini dan terorganisasi dengan baik merupakan salah satu syarat dalam pengelolaan pendidikan. Pemetaan dan Pendataan Sekolah telah dilaksanakan di kecamatan binaan di setiap kabupaten. Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Guru baru dilatih, tetapi sudah beberapa sekolah di setiap daerah yang mulai berubah. Semua daerah mengeluh kekurangan guru. Padahal di beberapa daerah rasio siswa dibanding guru di SD cukup rendah. Dari hasil analisis data pemetaan, penggabungan sekolah dapat menjadi. Siswa dapat dibagikan lebih merata setiap kelas, kalau tetap ada kelas paralel. Dari hasil penilitian di banyak negara, faktor yang paling dapat menentukan mutu pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah.
Tabel Isi Suara MBE 3

Penandatangan Nota  Kesepakatan

Suara MBE #2
Isi Tersingkat: Lima daerah MBE telah membuat nota kesepakatan (MOU) dengan RTI/USAID mengenai pelaksanaan program MBE. Lokakarya Manajemen Pendidikan telah diadakan pada tanggal 1 s.d. 4 September 2003 di Yogyakarta. Survei manajemen pendidikan meliputi beberapa hal, antara lain: pendanaan, perencanaan, pengelolaan guru dan fasilitas. Lebih kurang 90% alokasi dana pendidikan digunakan untuk membayar gaji pegawai, terutama gaji guru. Bupati Pekalongan meyakini bahwa jika dana diberikan langsung kepada Sekolah untuk dikelola sendiri dalam merehabilitasi / membangun gedung, akan menumbuhkan rasa kepemilikan.
Tabel Isi Suara MBE 2

Inovasi lainnya di Pacitan
Guru kelas I, Ibu  Wiwit Anak di Sukapura

Suara MBE #1
Sejak beberapa tahun, beberapa proyek USAID telah berlangsung di Indonesia, terutama di bidang pemerintahan daerah seperti: PERFORM, BIGG, dan CLEAN. Pendidikan Dasar menjadi fokus utama program karena merupakan sektor paling besar yang harus dikelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Ide yang sangat menarik dari kecamatan Sukapura adalah mengembangkan Kupon Pendidikan. Kabupaten Probolinggo membuka kesempatan agar para ibu dapat membantu kegiatan murid di kelas secara langsung. RAPBS sekolah dipajang secara terbuka di kantor Kepala Sekolah. Masyarakat sekitar SD Ngepung di Sukapura menanam pisang untuk membantu sekolah

Teknologi Informasi dan Citra Pendidikan


Dua pernyataan penting yang sedikit terlihat kalut ditunjukkan Mendiknas dalam menanggapi tersebarnya video porno artis hingga ke ujung negeri. Pertama, Mendiknas tak setuju dengan pendidikan seks dan, kedua, meminta kepada semua kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk setiap saat merazia isi telepon seluler para siswa karena khawatir dengan penyebaran video porno.

Jelas sekali kedua pernyataan tersebut memperlihatkan jenis pendekatan yang reaktif seorang menteri ketimbang proaktif. Di tengah ketidakmampuan birokrasi dan para guru kita dalam mendesain dan mengajarkan dokumen tertulis kurikulum secara benar, kasus video porno jelas merupakan peringatan terhadap jajaran Kemendiknas untuk lebih inovatif dan kreatif dalam mendistribusi kebutuhan virtue terhadap setiap mata ajar yang dipelajari siswa di sekolah.

Dengan perkembangan teknologi informasi yang tak mungkin dibendung, jenis kebijakan tentang pendidikan melalui TV dan film tampaknya perlu dipikirkan dengan benar. Jika kita meyakini bahwa pendidikan merupakan sebuah cara paling kuat untuk mengubah struktur budaya masyarakat, kebutuhan untuk menggunakan media massa seperti TV, film, internet, dan surat kabar/majalah dalam rangka menjaga proses terjadinya transplantasi budaya secara benar adalah imperative. Selain itu, kebijakan tentang jenis tayangan yang salah akan mempercepat terjadinya proses inflitrasi budaya satu ke budaya lainnya secara intensif dan dapat menyebabkan terjadinya penghapusan budaya (cultural genocide) secara perlahan-lahan (Nandy: 2000).

Keruntuhan citra pendidikan

Jelas sekali beredarnya video porno artis merupakan tamparan hebat terhadap citra pendidikan di Tanah Air. Tak tahu di mana mereka dulu bersekolah, jika memang benar pelakunya adalah artis yang diduga ternama. Hal itu menunjukkan adanya sikap hidup hedonis dan rendahnya moralitas artis akibat pendidikan yang salah bisa jadi merupakan salah satu penyebab. Artis, melaui teknologi informasi, bukan saja menjadi faktor pendorong runtuhnya moralitas anak muda, melainkan sekaligus merupakan korban dari arus teknologi informasi yang tanpa kontrol.

Meskipun kita telah memiliki undang-undang tentang pornografi dan teknologi informasi, paradigma perkembangan teknologi informasi dan kapitalisasi ekonomi dalam kebijakan tayangan televisi dan peredaran film jelas harus dicermati secara saksama oleh para pengambil kebijakan bidang pendidikan di Indonesia. Sebagai basis pendidikan massal paling efektif, tayangan televisi, film dan penggunaan internet memiliki peluang untuk mengubah tatanan budaya bangsa yang dikenal santun dan beradab ke arah yang kurang beradab dan tak mengenal tata krama. Dighe (2000) mengisyaratkan baik konten maupun rancangan program tayangan dalam bentuk film, video, dan musik bisa jadi merupakan manifestasi dan justifikasi superioritas budaya tertentu yang belum tentu semuanya baik.

Hasil riset menunjukkan dampak tayangan televisi, film, dan penyebaran video porno melalui internet juga menambah terjadinya praktik kekerasan, mistisisme, dan hura-hura ala sinetron. Bahkan jika semua fakultas psikologi di Indonesia mau dengan sukarela meriset kondisi mental siswa-siswi di sekolah, pastilah akan didapati banyak sekali anak usia sekolah yang mengalami depresi dan sakit jiwa.

Bahkan dalam bahasa seorang sutradara Peter Weir, sebagai toxic culture, sebuah tayangan yang terlalu memamerkan kekerasan dan erotisme sangat tidak mendidik dan dapat menyebabkan kriminalitas di usia muda meningkat, egoisme tambah menjadi-jadi, bahkan juga dapat merusak lingkungan dan budaya sekolah ke arah yang tidak sehat (Bennet: 2000; Gidley: 2000). Ketika zaman televisi masih dimonopoli TVRI, mungkin peran pendidik (guru dan orang tua) tak terlalu berat dan melelahkan. Di samping jenis tayangan memang masih terbatas, bentuk tayangan juga masih mempertimbangkan aspek budaya lokal tiap daerah di Indonesia. Tayangan Si Unyil, drama Losmen, dan serial Aku Cinta Indonesia (ACI) begitu digemari dan menjadi rujukan para guru di sekolah dan orang tua di rumah.

Dapat dibayangkan betapa berat dan sulitnya para guru dan orang tua untuk berlomba kreativitas dengan tayangan elektronik ini. Karena itulah, beberapa hasil riset tentang kekhawatiran pengaruh tayangan berbasis teknologi informasi terhadap pendidikan merekomendasikan langkah-langkah metodologis proses belajar-mengajar agar menggunakan pendekatan holistik, pro-active social skills seperti resolusi konflik dan metode cooperative learning. Jika hal itu lalai dibangun, keruntuhan citra pendidikan di Indonesia akan semakin menjadi-jadi; tidak hanya kerusakan di bidang akademis, tetapi dalam waktu bersamaan juga terjadi kerusakan moral secara masif.

Memanfaatkan budaya populer

Adalah naif dan tidak mungkin rasanya menolak budaya populer dan trend setter gaya hidup serbahedonis yang setiap hari secara terbuka ditayangkan dalam bentuk film, musik, video, dan komik/majalah. Yang paling mungkin dilakukan adalah menghidupkan kesadaran kritis para pendidik untuk memaksimalkan bentuk-bentuk tayangan tersebut sebagai tools dalam proses belajar-mengajar.

Keberanian untuk menggunakan berbagai macam jenis tayangan sebagai bahan ajar juga harus dikembangkan sedemikian rupa, bahkan termasuk mendiskusikan hal-hal yang tabu seperti masalah seks dan kekerasan. Harus kita yakini bahwa tayangan baik dalam bentuk film, video, musik, maupun komik atau fiksi terpilih dan pantas secara sadar harus mampu digunakan para guru dalam proses belajar-mengajar. Ada banyak film semisal Pay It Forward atau Freedom Writers yang layak diputar dan didiskusikan di ruang kelas dengan anak-anak kita yang sedang beranjak dewasa (tingkat menengah).

Sebagai salah satu bentuk pedagogis bergerak yang secara langsung dapat merefleksikan dunia nyata, film dapat merangsang siswa untuk mendiskusikan banyak sekali isu tentang ras, kelas, gender, kekerasan, dan orientasi seksual manusia. Karena itu, menggunakan film sebagai salah satu bahan ajar merupakan jawaban bagi para siswa yang menggemari budaya populer, tetapi dilakukan secara terbimbing di ruang kelas.

Jika hal itu dilakukan, biasanya siswa akan terlihat berani untuk menganalisis isi film dari beragam perspektif, bahkan bisa jadi mereka memiliki pandangan-pandangan yang unik menurut pengalaman masing-masing. Diskusi film selalu merupakan cara yang efektif untuk melihat reaksi siswa dalam menyikapi sebuah peristiwa dan mengambil virtue yang secara kolektif biasanya akan lebih mudah dilakukan (Sealey: 2006).

Kebiasaan dan perilaku melarang para guru terhadap siswa untuk tak melihat film dan video sebenarnya lebih akan membuat siswa penasaran. Tetapi jika itu dilakukan secara bersama-sama dengan guru dan teman mereka, proses berpikir kritis pun akan terlatih. Yang paling baik adalah kemauan guru untuk melakukan browsing bersama siswanya dalam mencari film dan video pembelajaran melalui Youtube.com, misalnya. Jutaan film setiap hari dirilis ke dalam Youtube.com, tetapi jika hal itu diniatkan sekaligus digunakan untuk tujuan pembelajaran, bisa dipastikan anak-anak akan senang untuk berbagi perspektif. Apalagi jika guru lebih kreatif, jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bahkan bisa dijadikan sebagai medium e-learning yang dikemas untuk pola belajar tak langsung atau jarak jauh (distance learning). Hanya, pertanyaannya, berapa banyak guru yang bisa dan mau memanfaatkan teknologi informasi sebagai bahan ajar?

Gardner (2007) mengingatkan para pendidik bahwa siswa perlu dibina dan dikembangkan untuk menghadapi arus besar teknologi informasi dengan multimodal literacy skills yang sangat krusial untuk kehidupan abad 21.

Karena itu, kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi juga merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindarkan dalam kebijakan pendidikan kita. Selain itu, dalam rangka mengimbangi budaya populer yang semakin menggila, sekolah perlu dilengkapi dengan perpustakaan digital yang mampu mengakses jutaan sumber belajar yang berserakan di dunia maya. Masalah baru yang muncul dan dihadapi otoritas pendidikan kita adalah mahalnya perangkat digital sekolah dan sulit dan lamanya melatih guru untuk melek teknologi informasi.

Belum lagi tantangan dari cara pandang tradisional yang masih menganggap teknologi informasi sebagai bentuk berhala baru dan karena itu, sedapat mungkin harus dihindari. Sikap mental guru/pendidik seperti itu malah tidak akan menguntungkan dunia pendidikan kita. Karena itu, dibutuhkan mentalitas dan kapasitas akademis guru yang selalu ingin belajar, terutama dalam membina sisi afektif dan psikomotorik siswa-siswi mereka.

Apalagi saat ini juga berkembang sebuah pendekatan baru dalam mengajar yang diperkenalkan Susan M Drake dan Rebecca C Burns dalam buku Meeting Standards through Integrated Curriculum (2004), yaitu transdisciplinary approach. Transdisciplinary approach membutuhkan keterampilan guru yang luar biasa untuk memandang dan mengajarkan sebuah subjek berdasarkan tema, konsep, sekaligus keterampilan yang sesuai dengan kehidupan nyata dan minat siswa.